Selasa, 26 Februari 2008

Perahu Kertas dari Hati yang Tertindas


Kutitipkan nasib di secarik kertas

Suara hati yang tertindas
Mengantarkan secarik kertas
Coretan untuk dewan berdasi
para penjudi di meja pertiwi
Bersembunyi dibalik janji-janji
Falsafah kosong tanpa bukti


Perahu kertas terus melaju
Berlayar di negeri yang koma
biar hujan deras mengeras
perahu demokrasi takkan terhenti
Hingga bumi menyentuh langit


Kapan musim berganti
mengalirlah semilir angin suci
sejukkan langit2 pertiwi


Perahuku tak sampai batas
Suara hati tak kunjung terbalas
Mungkin mereka tak punya hati
atau demokrasi hanya celoteh kosong
Bahan diskusi untuk pengumbar janji
si jelata bingung mencari bukti.

Wachidi 2-10-07

Senin, 25 Februari 2008

Nyanyian Si Kurcaci

Ku beranjak dari kamar
Kubuka mata lebar
Kulihat tubuh kurcaci tak terurus
Di samping sang aktor yang rakus
Berlakon raksasa berdansa hura -hura


Ku tutup mata ku kunci kamar
telingaku tak tuli
ku dengar raksasa bersenandung
Bercinta dengan harta2
Si kurcaci berbisik lirih
Bernyanyi lagu kematian nan perih
Hati pun kian merintih


Ku tutup mata dan telingaku
tembok berjelaga saksi bisu
hati dan otak mulai bicara
Kurasa apa yang kau rasa


Kita sama2 kurcaci
seharusnya aku juga bernyanyi
tak seharusnya aku bersembunyi
terpenjara dalam kamar sunyi
Biarkan Sang aktor Berhaha..hihi..




ahmad wahidi


Batang,25 feb '08

Sang Orator

Di Negeri yang panas
Slalu terdengar caci maki
Melalui sejuta orasi
Penjilat lidah demokrasi
Tidak lain tidak bukan
cuma semboyan banci
penjahat hak asasi
Membantai hak2 hakiki
Dasar cecurut tak tahu diri
Orasimu begitu bermakna
Topeng kemunafikan yang dipuja
Seperti lagu2 cinta
Mengharubirukan pendengarnya
Sekali kali bukalah topengmu
Apa kau setampan anjing itu
apakah mulutmu terus menganga
Menggonggong di tiap lorong
Negeri ini cuma ruang kosong
Penuh sampah kemunafikan.


ahmad wahidi
Batang,25 februari 2008

Selasa, 19 Februari 2008

ESOK





Hari ini langkah ku tanpa arah,
Panas matahari begitu menyengat,
Mengeringkan hati dan kepala,
Aku makin tak berdaya,
Tak mampu ku lihat pola dunia

Kemarin aku mandi air hujan,
Hujan yang teramat deras,
dingin menembus tulang ku,
membekukan hati dan kepala,
aku makin tak berdaya,
tak mampu ku lihat pola dunia


Bagaimana esok bercerita,
aku tak punya kuasa,
langkah terus maju,
ataukah harus berhenti membisu

aku akan mendidih atau membeku,
bukan kuasa ku untuk tahu,
Aku bahkan tak tahu,
adakah hari esok untuk ku
masihkah kita bertemu?

aw_180807

































Jumat, 15 Februari 2008

ISTANA JERAMI


Ku tak pernah lupa kawan
Tempat kita berjabat tangan
Masa kita bersama
Melepas lelah dan resah
Di negri yang kian goyah
Inilah istana kita kawan
Biar hanya beratap jerami
Tapi bukan hasil korupsi
Kita buat ini ini sendiri
Tanpa bantuan pengumbar janji
Kita tidak miskin kawan
Kita hanya budak zaman
zaman orde paling baru,itu katanya
entah apa yang di sebut baru
Tetap saja paduka suka-suka
Rakyat tetap berduka-duka
Para Dayang asyik bercinta
Dengan hewan berwajah dewan
Mungkin Ibu Pertiwi telah mati
Sekarang tinggal Ibu Tiri
Hanya istana jerami curahan hati
Hingga kita terlelap nanti
Aw
25 april 07

AKU


Di hati dan pikiran
Di antara mimpi dan kenyataan
Terus berjalan dengan kharisma alam
Melangkah bersama angka awam
Aku bagian dari angka itu
Angka yang tak sesempurna angka satu
Bukan juga antara himpunan kosong
Aku satu dari sejuta deret kepusingan
Angka yang tak dihiraukan orang
Datang dari tumpukan sampah
Dan hanyalah para binatang
Slalu bersedia memandang
Bagiku mereka terpandang
Aw
des 07

LADANG GELISAH

Aku lelaki Gelisah
Mencari tempatku berpijak
Yang terasa salah letak


Bertopeng kesombongan ,
Aku melangkah tanpa arah
Bertameng kebodohan,
Aku budak kemunafikan


Berharap akan restu bumi
Aku mengotori tanah suci
Menghitamkan pasir2 putih
Lebih hitam dari hitamnya kulitmu
Dan menanam sampah
Untuk tanah bertuah


Aku lelaki gelisah,
wajah tersenyum resah
Menunggu musim panen
Hasil akhir tanah bertuah


Dan wanita yang namanya Pertiwi
Bernyanyi dengan mata merah darah
Menghibur diri dengan lagu kematian


Dan aku ,
Hanya lelaki gelisah








Aw
minggu,6 januari 08

Kamis, 14 Februari 2008

PUISI UNTUK SOE HOK GIE












China kecil pemberani
Bercita-cita menggulingkan tirani
Berbicara tentang lumpur kotor
Yang dikuasai Paduka Kotor

Tak pernah berhenti bicara
Karya pena jadi senjata
Kritik pedas,Paduka panas
Patih dan dayang pun tak puas

Berpihak pada kebenaran
Slalu menerjang kemunafikan
Di sisi rakyat Engkau berjuang
Berjuang karena ketidakpuasan

Menulis,menulis,menulis
Tentang masa yang terkikis
masa yang penuh tangis
Tangisan karena kebengisan

Soe Hok Gie,aktivis sejati
Sejatinya merasa sepi
Tak seorang pun mampu mengerti
Hanya alam yang menemani
Di Semeru engkau melepas pergi


Tinggalkan teka-teki sejuta mimpi










Aw :17 mei 07
















PENJAGA BUMI


Tanah tempat berpijak
Sudah penuh sesak

Nyaring berteriak
"AAARRGGHH!!!!!! Dasar manusia!!!!"
Seruan manderu-deru
Slogan di mana mana
Katanya saling menjaga
"AAARRGGHH!!!Dasar manusia!!!"
Tak perlu menunggu pagi,

Mentari menyapa dari barat
Tak peduli Cina atau Jawa
Tak penting Hitam atau putih
Ayo berjabat!
Selamatkan bumi yang sekarat!
Jika mengaku punya hati,
Jadilah PENJAGA BUMI




STOP GLOBAL WARMING!!!!!!!!!!!!!!!!!



AW

6 januari 08


HAKEKAT



TUHAN,

Berikan aku jalan

Ku tersesat di persimpangan

Adakah lentera harapan?
Kemana aku harus pergi?

Ketika arah tak pasti

Apa yang harus ku cari?

Ketika aku tak tahu apa yang ku cari

Di mana bisa ku dapatkan?

Jawaban yang tak terjawab

Dalam kepastian,

yang begitu tak pasti

Hanya satu arah ku berlari

TUHAN
AW
10 februari 07

Rabu, 13 Februari 2008

KERETA TERAKHIR

Matahari berpaling dari tanah gersang
Siang dan malam melebur menyatu
Terang terbang melayang
Hitam selimut keabadian
Tidak ada tempat menatap
Mata merah mencari atap
Hati hilang di lorong bumi
Nafas sesak memeluk mimpi
Tanpa ada pegangan yang pasti


Menatap hari dengan kebutaan

Meniti jembatan dengan kelumpuhan
Membuat karya dengan kebodohan
Melukis bumi dengan tinta hitam


Sebelum tiba di stasiun terakhir
Sebelum terdengar senandung jalanan
Senandung yang mengiringi kereta terakhir
Mengantarkanku menuju RATU ABADI


Adakah setetes air
Untuk membasuh lukaku
Dan mencuci selimut kotor
Hingga akhirnya
RATU ABADI merestui

AW
10 januari 08